ANAllSIS PENGARUH FAKTOR INFLASI, KUHS RUPIAH PER US $ DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP TINGKAT IHSG DI BURSA EFEK JAKARTA

Meiryano, - (2003) ANAllSIS PENGARUH FAKTOR INFLASI, KUHS RUPIAH PER US $ DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP TINGKAT IHSG DI BURSA EFEK JAKARTA. Other thesis, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata.

[img] Text (COVER)
98.30.3568 meiryano.COVER.pdf

Download (2MB)
[img] Text (BAB I)
98.30.3568 meiryano.BAB I.pdf
Restricted to Registered users only

Download (470kB)
[img] Text (BAB II (available document only in library of Soegijapranata Catholic University))
98.30.3568 meiryano.BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (764kB)
[img] Text (BAB III (available document only in library of Soegijapranata Catholic University))
98.30.3568 meiryano.BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (219kB)
[img] Text (BAB IV (available document only in library of Soegijapranata Catholic University))
98.30.3568 meiryano.BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (482kB)
[img] Text (BAB V)
98.30.3568 meiryano.BAB V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (176kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
98.30.3568 meiryano.DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (2MB)
[img] Text (LAMPIRAN)
98.30.3568 meiryano.LAMPIRAN.pdf

Download (2MB)

Abstract

Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter, yang ditandai dengan melemahnya kurs rupiah terhadap US $. Akibatnya banyak investor yang menarik dana mereka dari Indonesia dan mengalihkan ke luar negeri. Selain itu krisis ini juga mengakibatkan banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena banyak perusahaan yang harns mengembalikan pinjaman asing dalam bentuk US $ atau mata uang asing lainnya. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya inflasi yang memberikan dampak burnk bagi pasar modal sehingga nilai IHSG mengalami titik terburnk pada bulan September 1998 dengan nilai IHSG sebesar 276,15. Memasuki tahun 2000, pasar modal Indonesia masih mengalami cobaan yang berat, hal ini tercermin pada IHSG yang terns menurnn dari bulan ke bulan. Barn pada tahun 2001 Pasar modal Indonesia mulai menunjukkan kegairahan, yang puncaknya terjadi pada parnh pertama 2001 yaitu pada saat terjadi peralihan kepeminpinan nasional dari Abdurahman Wahid kepada Me gawati Soekamoputri menjelang minggu terakhir di bulan Juli 2001. IHSG di Bursa Efek Jakarta mencapai level 470,22 pada bulan tersebut. Namun kegairahan tersebut tidak berlangsung lama karena terjadi persitiwa 11 September yang menimpa dua bangunan di Amerika Serikat yaitu World Trade Center di New York dan Pentagon di Washington DC, Pasar Modal Indonesia kern bali terkoreksi dengan menurnnnya beberapa indikator bursa. Kegairahan dan optimisme yang luar biasa dari pelaku pasar modal Indonesia terjadi pada awal tahun 2002. Hal ini ditunjuldcan meningkatnya IHSG selama kuartal pertama 2002 sebesar 40,7 %. Namun lagi lagi pasar modal kita terguncang oleh berbagai faktor eksternal khususnya terungkapnya skandal korporasi besar di Amerika seperti kasus World Com dimana World Com sebagai perusahaan telekomunikasi besar dinilai telah melakukan praktik kebohongan public melalui rekayasa laporan keuangan perusahaan senilai milyaran dollar AS .Peristiwa ini mengguncangkan Wall Street, New York sehingga mengakibatkan penurunan kepercayaan pemodal terhadap industri pasar modal, kejadian ini memiliki efek yang sangat tidak kondusif terhadap hamper seluruh industri global tennasuk Indonesia. Hal ini tampak dari IHSG di BEJ yang terjun ke level terendahnya dalam empat tahun terakhir Dalam kurun waktu Januari 2000 - Desember 2002, rnSG di BEJ mengalami naik turnn begitu juga dengan tiga indikator moneter Indonesia yaitu Inflasi, Kurs rupiah dan tingkat suku bunga SBI. Dari ketiga indikator moneter tersebut, tidak semua indikator tersebut dapat mempengaruhi IHSG secara konsisten, untuk itu maka perumusan masalah yang timbul adalah : 1. Apakah tingkat inflasi mempunyai pengaruh terhadap IHSG ? 2. Apakah tingkat kurs Rupiah terhadap US $ mempunyai pengaruh terhadap IHSG? 3. Apakah tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh terhadap IHSG ? 4. Apakah tingkat inflasi , kurs rupiah per US $ dan suku bunga SBI secara bersama sarna memiliki pengaruh terhadap IHSG ? Permasalahan diatas dibatasi pada intlasi, kurs Rupiah per US $, suku bunga SBr dan IHSG pada peri ode lanuari 2000 - Desember 2002. Hipotesis yang akan digunakan adalah : 1. Terdapat pengaruh unsur tingkat inflasi terhadap tingkat IHSG 2. Terdapat pengaruh unsur nilai kurs rupiah per US $ terhadap tingkat IHSG 3. Terdapat pengaruh unsur tingkat suku bunga SBI terhadap tingkat IHSG 4. Terdapat pengaruh secara bersama-sama tingkat Inflasi , nilai kurs Rupiah per US $ dan tingkat suku bunga SBI terhadap tingkat IHSG Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, kurs Rupiah per US $ dan tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG digunakan analisis regresi berganda. Setelah dilakukan analisis regresi berganda dengan mengggunakan program SPSS diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 0,01724 + 0,01415 xl - 0,614 x2 + 0,283 x3 Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hasil analisis pengaruh tingkat inflasi, kurs Rupiah per US $ dan suku bunga SBI terhadap IHSG, diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap rHSG , karena dari pengujian diperoleh sig t sebesar 0,453 ( sig t > a , Ho diterima ) dimana a = 5 %. 2. Kurs Rupiah per US $ memiliki pengaruh terhadap rHSG , karena dari pengujian diperoleh sig t sebesar 0,010 ( sig t < a , Ho ditolak ) 3. Suku bunga SBr tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG , karena dari pengujian diperoleh sig t sebesar 0,400 ( sig t > a , Ho diterima ) 4. Inflasi, kurs Rupiah per US $ dan suku bunga SBr secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap IHSG , karena dari pengujian diperoleh sig F sebesar 0,041 ( sig F < a , Ho ditolak ) Prosentase variasi variabel xl, x2, x3 terhadap variabel Y adalah sebesar 23,1 % Pada pengujian asumsi klasik dapat diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Regresi berganda bebas dari multikolinearitas, hal ini dapat dilihat pada hasil regresi berganda dimana R square menunjukkan angka 0,231, sedangkan sig t > a untuk sebagian besar variabel independen.Tampak juga be saran VIF berada pada kisaran angka 1 dan angka TOLERANCE kuat sampai mendekati 1, hal ini semakin menguatkan bahwa regresi berganda terbebas dari multikolinearitas. 2. Regresi berganda bebas dari heterokedastisitas, hal ini dapat dilihat dari Plot / diagram nilai residual, dimana Plot residual tersebut menunjukkan bahwa nilai residual tersebar secara acak dan tidak memiliki pola tertentu. 3. Regresi berganda bebas dari autokorelasi, hal ini tampak pada nillai uji Durbin Watson ( Uji Ow) sebesar 1,874. Dari perhitungan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan : 1. Apabila inflasi dan suku bunga stabil dan kurs rupiah mengalami tren penguatan terhadap US $ maka sebaiknya investor melakukan spekulasi dengan menanamkan modalnya ke pasar modal. Apabila intlasi dan suku bunga mengalami perubahan yang cukup signifikan dan kurs rupiah mengalami tren pelemahan terhadap US $ maka sebaiknya investor menghindari pasar modal dan melakukan spekulasi dengan menanamkan modalnya ke pasar uang atau bagi investor yang tidak igin mengambil resiko sebaiknya modal tersebut ditanamkan di tabungan atau deposito karena resikonya yang relative kecil. 2. Diharapkan agar penulis terns melakukan pemantauan terhadap saham dan indikator moneter Indonesia dari tahun ke tahun agar penulis dapat memperoleh pemahaman yang barn. 3. Penelitian ini hendaknya dilanjutkan dengan penelitian barn dengan menambah jumlah data dan periode yang lebih barn serta penambahan lagi variabel-variabel yang lain seperti eksport-import, PDB.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 300 Social Sciences > 330 Economics > Financial Economics > Stock Exchange
Divisions: Faculty of Economics and Business > Department of Management
Depositing User: Mr Lucius Oentoeng
Date Deposited: 04 May 2016 04:02
Last Modified: 04 May 2016 04:02
URI: http://repository.unika.ac.id/id/eprint/9031

Actions (login required)

View Item View Item