REDESAIN TAMAN BUDAYA RADEN SALEH SEBAGAI PUSAT SENI BUDAYA KOTA SEMARANG

Boedhi, Kevin Wicaksono (2019) REDESAIN TAMAN BUDAYA RADEN SALEH SEBAGAI PUSAT SENI BUDAYA KOTA SEMARANG. Other thesis, UNIKA SOEGIJAPRANATA.

[img]
Preview
Text
15.A1.0043 Kevin Wicaksono Boedhi_COVER.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text
15.A1.0043 Kevin Wicaksono Boedhi_BAB 1.pdf

Download (156kB) | Preview
[img] Text
15.A1.0043 Kevin Wicaksono Boedhi_BAB 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (797kB)
[img]
Preview
Text
15.A1.0043 Kevin Wicaksono Boedhi_BAB 3.pdf

Download (3MB) | Preview
[img]
Preview
Text
15.A1.0043 Kevin Wicaksono Boedhi_BAB 4.pdf

Download (720kB) | Preview
[img]
Preview
Text
15.A1.0043 Kevin Wicaksono Boedhi_BAB 5pdf.pdf

Download (3MB) | Preview
[img]
Preview
Text
15.A1.0043 Kevin Wicaksono Boedhi_DAPUS.pdf

Download (157kB) | Preview
[img]
Preview
Text
15.A1.0043 Kevin Wicaksono Boedhi_LAMPIRAN.pdf

Download (70kB) | Preview

Abstract

Seni dan kebudayaan adalah sebuah tanda bukti dari kekayaan dari suatu daerah. Semakin beragam seni dan kebudayaan yang dimiliki, maka akan semakin kaya juga keanekaragaman di daerah tersebut. Kota Semarang sendiri memang tidak dikenal sebagai kota seni dan budaya, tetapi kota Semarang sendiri juga memiliki keragaman seni dan budaya yang tidak bisa dilupakan begitu saja seperti Wayang Orang Ngesti Pandawa hingga Teater Lingkar yang merupakan salah satu kelompok seni budaya yang masih berjalan hingga saat ini. Kota Semarang telah memiliki wadah bagi kegiatan seni budayanya yaitu Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), yang merupakan salah satu tempat pusat kegiatan bagi seni dan kebudayaan di kota Semarang yang didirikan pada tahun 1998 dan masih berfungsi hingga saat ini. Tetapi perkembangan yang ada pada Taman Budaya Raden Saleh sangatlah lambat bahkan bisa dibilang berhenti dalam hal mengikuti perkembangan jaman, yang berimbas pada menurunnya minat masyarakat pada seni budaya khas kota Semarang. Lambatnya perkembangan dari Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) mengakibatkan matinya seni dan budaya kota Semarang karena tidak adanya wadah untuk mampu melakukan pementasan dengan baik dan masyarakat pun juga tidak memiliki wadah untuk mampu menikmatinya. Taman Budaya Raden Saleh saat ini pun tidaklah layak sebagai tempat pementasan seni budaya sehingga diperlukan adanya desain yang baru bagi Taman Budaya Raden Saleh yang tetap dengan fungsi sebelumnya sebagai pusat seni budaya kota Semarang tetapi dengan wajah yang baru sebagai upaya redesain Taman Budaya Raden Saleh serta menarik perhatian masyarakat akan seni budaya Semarang. Menggunakan teori Generative Design – Attractor Grid Deforming untuk mampu menyelesaikan masalah desain baru dari Taman Budaya Raden Saleh yang terbatas karena adanya vegetasi – vegetasi eksisting yang telah ada sebagai salah satu unsur pembentuk Taman Budaya Raden Saleh. Pendekatan memori kolektif dengan teori Genius Loci serta teori Place Attachment juga akan dilakukan untuk mengumpulkan memori – memori kenangan yang masyarakat selama ini rasakan terhadap Taman Budaya Raden Saleh. Dengan memori yang telah dikumpulkan tersebut, diharapkan bahwa masyarakat mampu merasakan spirit atau jiwa dari Taman Budaya Raden Saleh yang dulu ada meskipun hadir dengan desain yang baru. Dari teori – teori tersebut, digunakanlah pendekatan secara adaptif dimana desain yang baru nanti akan beradaptasi terhadap apa yang telah ada.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: 700 Arts and Recreation > 720 Architecture > Interior and Exterior Design
Divisions: Faculty of Architecture and Design > Department of Architecture
Depositing User: Ms Agustin Hesti Pertiwi
Date Deposited: 23 Jun 2020 04:53
Last Modified: 30 Sep 2020 07:35
URI: http://repository.unika.ac.id/id/eprint/21305

Actions (login required)

View Item View Item