HADISANTOSA, EDOARDUS BARLIAN INDRATAMA (2005) EFFECT OF SOAKING PRETREATMENTS ON THE DRYING KINETICS AND REHYDRATION CHARACTERISTICS OF PETAI BEANS (Parkia speciosa). Other thesis, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata.
|
Text (COVER)
01.70.0016 Hadisantosa Edoardus Barlian Indratama COVER.pdf Download (288kB) | Preview |
|
![]() |
Text (BAB I)
01.70.0016 Hadisantosa Edoardus Barlian Indratama BAB I.pdf Restricted to Registered users only Download (176kB) |
|
![]() |
Text (BAB II)
01.70.0016 Hadisantosa Edoardus Barlian Indratama BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (166kB) |
|
![]() |
Text (BAB III)
01.70.0016 Hadisantosa Edoardus Barlian Indratama_BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
![]() |
Text (BAB IV)
01.70.0016 Hadisantosa Edoardus Barlian Indratama_ BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (176kB) |
|
![]() |
Text (BAB V)
01.70.0016 Hadisantosa Edoardus Barlian Indratama_ BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (76kB) |
|
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
01.70.0016 Hadisantosa Edoardus Barlian Indratama_ DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (154kB) | Preview |
|
|
Text (LAMPIRAN)
01.70.0016 Hadisantosa Edoardus Barlian Indratama LAMPIRAN.pdf Download (771kB) | Preview |
Abstract
Pengaruh dari perlakuan awal perendaman terhadap laju pengeringan dan karakteristik rehidrasi pada petai dipelajari dalam penelitian ini. Sampel petai diberi perlakuan awal menggunakan tiga larutan berbeda yaitu sodium bisulfit, asam askorbat dan asam sitrat lalu dikeringkan dalam dehumidifier pada rentang suhu 60-65oC (140-150oF) dengan kelembaban relatif di bawah 20%. Petai yang diberi perlakuan awal sebelum proses pengeringan memiliki laju pengeringan yang lebih cepat daripada yang tidak diberi perlakuan. Sampel dengan perlakuan awal sodium bisulfit memiliki rasio kadar air akhir yang paling rendah dan dari perbandingan kurva terlihat bahwa perlakuan ini memiliki proses pengeringan yang paling cepat dibandingkan dengan perlakuan-perlakuan yang lain. Kurvakurva laju pengeringan tersebut disesuaikan dengan empat model-model pengeringan lapis tipis semi teoritis. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), model Page merupakan model terbaik untuk menggambarkan jalannya pengeringan dari petai. Suatu model difusi juga digunakan untuk menjelaskan proses pengeringan. Difusi kadar air pada petai selama proses pengeringan dipengaruhi oleh perlakuan awal. Nilai-nilai koefisien difusi (Deff) untuk sampelsampel dengan perlakuan lebih besar dari sampel tanpa perlakuan di bawah kondisi pengeringan yang sama. Sampel dengan perlakuan sodium bisulfit memiliki nilai Deff tertinggi yaitu sebesar 4.21 õ 10-6 m2/s dan yang terendah ialah sebesar 1.61 õ 10-6 m2/s untuk sampel tanpa perlakuan. Dalam penelitian petai kering, sampel dengan perlakuan awal sodium bisulfit selalu memiliki laju rehidrasi yang tertinggi pada tiap suhu air (50oC, 65oC, 80oC and 100oC) dan memiliki perbedaan yang nyata pada tingkat kepercayaan 95% dari perlakuanperlakuan awal yang lain. Berdasarkan analisa laju rehidrasi, aktivasi energi dalam proses rehidrasi dihitung menggunakan persamaan Arrhenius. Semakin tinggi nilai energi aktivasi dari keempat suhu rehidrasi sampel kering, maka energi aktivasinya akan lebih rendah. Sampel petai kering tanpa perlakuan yang memiliki laju rehidrasi paling rendah memiliki energi aktivasi tertinggi dalam proses rehidrasi dengan nilai sebesar 15781.312 Joule/RC.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 660 Chemical engineering > Food Technology 600 Technology (Applied sciences) > 660 Chemical engineering > Food Technology > Drying |
Divisions: | Faculty of Agricultural Technology > Department of Food Technology |
Depositing User: | Mrs Christiana Sundari |
Date Deposited: | 19 Oct 2016 03:45 |
Last Modified: | 19 Oct 2016 03:45 |
URI: | http://repository.unika.ac.id/id/eprint/12167 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |