Maubak, Fransiscus (2009) RITUAL BAKAR BATU SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK HORISONTAL PADA MASYARAKAT ADAT SUKU DANI DI TIMIKA PAPUA. Other thesis, PRODI HUKUM UNIKA SOEGIJAPRANATA.
|
Text (COVER)
99.21.0058 Fransiscus Maubak COVER.pdf Download (84kB) | Preview |
|
Text (BAB I)
99.21.0058 Fransiscus Maubak BAB I.pdf Restricted to Registered users only Download (63kB) |
||
Text (BAB II Available Document Only In Soegijapranata Catholic University)
99.21.0058 Fransiscus Maubak BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (57kB) |
||
Text (BAB III)
99.21.0058 Fransiscus Maubak BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (74kB) |
||
Text (BAB IV)
99.21.0058 Fransiscus Maubak BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (35kB) |
||
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
99.21.0058 Fransiscus Maubak DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (34kB) | Preview |
Abstract
Skripsi yang berjudul “Ritual Bakar Batu Sebagai Upaya Penyelesaian Konflik Horisontal pada Masyarakat Adat Suku Dani di Timika Papua” ini membahas mengenai dua permasalahan pokok, yaitu : 1. Bagaimanakah proses pelaksanaan Ritual Bakar Batu pada Masyarakat Suku Dani di Timika Papua ? 2. Mengapa Ritual Bakar Batu dapat disebut sebagai upaya penyelesaian konflik horisontal pada masyarakat suku Dani di Timika Papua yang perlu dipertahankan ? Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara yuridis sosiologis dan ditunjang dengan penggunaan bahan-bahan pustaka sebagai pedoman dan acuan dalam penulisan skripsi, serta didukung juga dengan data-data sekunder yang dapat dikategorikan dalam bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan umum tersier. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dalam menyelesaikan konflik horisontal yang sering terjadi dalam masyarakat adat Papua, khususnya adat Dani di Timika Papua, masyarakat menempatkan upacara atau ritual bakar batu sebagai penyelesaian yang efektif dan primer. Penyelesaian secara adat ini juga penting untuk dipertahankan, karena hukum adat masih mendominasi hukum positif di Papua. Persoalannya, hukum adat lebih menguntungkan korban daripada hukum pidana atau perdata. Denda berupa hewan, ternak, uang, tanah, dan harta bendabenda lain yang harus ditanggung pelaku, bahkan seringkali dengan pengucilan diri pelaku dalam kelompoknya, bisa bernilai miliaran rupiah. Denda itu jelas lebih berat apabila dibandingkan dengan putusan atau sanksi dari hukum positif. Dari penelitian ini juga ditarik kesimpulan, bahwa penyelesaian konflik di masyarakat adat perlu dipertahankan dan dilestarikan, mengingat tradisi dan adat istiadat masyarakat Papua, khususnya adat masyarakat Dani masih menjunjung tinggi penyelesaian konflik dengan ritual bakar batu tersebut
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | 300 Social Sciences > 340 Law |
Divisions: | Faculty of Law and Communication > Department of Law |
Depositing User: | Mrs. Frederika Kristin |
Date Deposited: | 14 Sep 2015 10:41 |
Last Modified: | 14 Sep 2015 10:41 |
URI: | http://repository.unika.ac.id/id/eprint/2657 |
Actions (login required)
View Item |