“Jadilah dirimu sendiri”

NURHAYATI, BERNADETA RESTI “Jadilah dirimu sendiri”. In: Surat Kartini Masa Kini, Catatan Para Ibu Multi Peran. Unika Soegijapranata.

[img] Text
jadilah dirimu sendiri_naskah kartini.pdf
Restricted to Registered users only

Download (63kB)
[img] Text
COVER_DAFTAR ISI_BUKU KARTINI.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Anakku, Ibu masih sangat ingat, bagaimana masa kalian kecil dulu. Ibu menimangmu di setiap hari. Engkau ibu gendong, ibu peluk dan ibu cium setiap hari. Ibu senantiasa menyebut namamu di dalam setiap doa ibu. Berharap kalian makin besar dan pintar. Dengan segala keribetan seorang ibu mengurus rumah, pekerjaan di kantor, juga tentu saja berharap punya waktu untuk menimang dan bermain denganmu. Ibu masih ingat, betapa kadang ibu menjadi sangat tidak sabar dalam mendidik dan membimbing kamu. Tidak sabar menemanimu belajar, karena ibu juga masih harus menyiapkan kuliah esok pagi, sementara badan ibu juga lelah. Namun sungguh ibu merasa sangat beruntung memiliki kalian bertiga. Tidak terasa, hari berganti hari. Dahulu ayahmu atau ibumu ini, harus menyiapkan segala persiapanmu untuk berangkat sekolah pagi-pagi. Tak lupa mengantar dan menjemput saat pulang sekolah. Lama kelamaan, kalian lebih mandiri. Cukup hanya diantar saat pagi – karena kalian memang selalu masuk pagi. Ibu takut kalian terlambat sekolah dan dimarahi guru. Namun mungkin ibu salah, karena kemarahan Guru karena kalian terlambat masuk sekolah, justru akan membuat kalian bangun lebih pagi dan siap secara mental. Sampai akhirnya kalian bisa ibu lepas berangkat sendiri, bahkan akhirnya kalian mulai mandiri, bersekolah di luar kota, bahkan kakak mulai bekerja juga di luar kota. Kalian buktikan bahwa kalian bisa, tanpa ibu khawatir bahwa kalian akan melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Kalian sudah buktikan itu. Anakku, Ibu tahu, kalian punya kepribadian yang berbeda satu dengan yang lain, namun ibu amat bersyukur bahwa di antara ibu tidak punya waktu untuk intens membimbing dan mendampingi kamu tiap hari, sampai saat ini kalian berjalan di dalam rel yang benar. Ibu amat bersyukur, bahwa kalian tidak masuk ke dalam pergaulan yang salah. Amat bersyukur karena ibu dapat meletakkan kepercayaan penuh pada kalian. Anakku, Ibu minta maaf, jika dulu ibu berpikir bahwa kalian harus berprestasi maksimal. Harus menjadi nomor satu di kelas. Ibu malu jika anak ibu tidak sehebat anak-anak yang lain. Harus berperstasi agar ibu bangga. Ternyata prestasi akademik, dengan nilai mendekati sempurna, tidak selalu memberikan kepuasan. Lihat bagaimana banyak anak yang tidak bahagia, yang justru tertekan karena dituntut berprestasi oleh orangtuanya. Tidak bisa menikmati waktu dengan bermain sepuasnya dengan teman-temannya karena harus mengikuti les ini, les itu, sementara apa yang menjadi ketertarikan mereka tidak pernah dipedulikan oleh orangtuanya. Puas adalah ketika kamu mampu menjadi dirimu sendiri. Ibu tak ingin menuntut kalian untuk selalu menjadi nomor satu. Yang penting bagi ibu, carilah cita-citamu, carilah ketertarikan hidupmu. Dan gapailah itu dengan segenap hatimu, dengan segala akal budimu, dan dengan segenap cintamu. Selebihnya, serahkan pada Tuhan. Biarkan Tuhan yang mengatur penyelenggaraan hidupmu. Berserah pada Tuhan tidak pernah salah, namun bukan berarti tanpa usaha. Setiap manusia harus berusaha untuk mencapai keinginannya, cita-citanya. Selebihnya biarlah menjadi bagian Tuhan untuk mereka-reka hidupmu. Anakku, Kita mungkin tidak akan serta merta memiliki kehidupan yang sempurna. Hidup senantiasa berliku dengan segala keterbatasan kita sebagai manusia. Beberapa pepatah yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat Jawa misalnya dapat menjadi tuntunan hidupmu karena berisi filosofi hidup yang luhur. Orang Jawa bilang, urip bener lan pener, dalam arti kita hidup seturut dengan apa yang kita yakini kebenarannya, bahwa itulah yang harus kita lakukan. Namun juga jangan lupa, kita punya filter karena kita adalah anggota masyarakat, sehingga perbuatan kita juga akan diukur oleh sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Juga, urip iku urup. Hidup kita harus menjadi terang bagi sesama, menjadi terang atau cahaya dalam kehidupan, menginspirasi bagi orang lain di sekitar kita. Lihatlah bintang di langit. Ia tak perlu seterang rembulan. Apalagi seterang dan se-terik mentari. Namun nyala kecilnya menjadi perhiasan malam. Nyala kecilnya indah dan cukup menjadi penerang malam yang gelap gulita. Sekecil apapun manfaat yang bisa kita berikan, tetaplah berikan itu. Itu akan lebih baik daripada hidup kita justru menjadi duri yang meresahkan apalagi membahayakan bagi masyarakat. Anakku Tetaplah menjadi dirimu sendiri dan cukup menjadi dirimu sendiri. Cintai dirimu apa adanya, dengan segala kekurangan yang ada. Kekurangan jangan menjadi beban, tetapi justru menjadi pemacu semangat untuk tetap maju, meraih hal positip lain yang bisa kau kembangkan dari dirimu. Kelebihanmu yang perlu kamu kembangkan untuk kehidupanmu selanjutnya. Tetaplah bersyukur atas apa yang kau miliki dan menjadi bahagia karenanya. Doa ibu akan selalu menyertai setiap langkahmu. Peluk cium ibu selalu untukmu. Semarang, 21 April 2020 dari Ibu yang mengasihimu

Item Type: Book Section
Subjects: 300 Social Sciences > Women
Divisions: Faculty of Law and Communication > Department of Law
Depositing User: Ms B. Resti Nurhayati
Date Deposited: 10 Sep 2020 06:16
Last Modified: 10 Sep 2020 06:16
URI: http://repository.unika.ac.id/id/eprint/21856

Actions (login required)

View Item View Item